Minggu, 25 September 2022

Istidraj: Pengertian, Tanda-tandanya dalam Al-qur'an & Hadits, serta Hukuman

Istidraj bisa menjangkiti semua kalangan baik orang awam maupun ahli ibadah. Para ulama mengartikan Istidraj dengan azab Allah yang diberikan secara per lahan-lahan tanpa disadari manusia karena lalai dengan kenikmatan dunia yang dimilikinya. Caranya dengan melimpahkan dan menenggelamkan manusia di dalam berbagai kesenangan dan kemewahan kehidupan duniawi, sehingga membuat manusia semakin larut di dalam kemaksiatan dan pelanggaran terhadap perintah dan larangan Allah SWT.

Istidraj ini juga bisa dimaknai sebagai jebakan berupa kenikmatan duniawi yang membuat orang lupa diri dan terus bermaksiat karena merasa tetap diberikan anugerah.

Pengertian Istidraj

Istidraj berasal dari bahasa Arab yakni dari wazan atau bentuk dasar Daraja yang artinya naik satu tingkatan. Direktur Rumah Fiqih Indonesia, Ustaz Ahmad Sarwat dalam kajian Konsultasi Fiqih dikutip laman rumahfiqih menjelaskan, Istidraj dari Allah kepada hamba dipahami sebagai ‘hukuman’ yang diberikan sedikit demi sedikit dan tidak diberikan langsung. Allah membiarkan orang tersebut dan tidak disegerakan adzabnya, sebagaimana disebutkan di dalam Al Quran:

Nanti Kami akan menghukum mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan) dari arah yang tidak mereka ketahui. (QS. Al-Qalam: 44).

Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan mengenai ayat tersebut bahwa mereka (orang yang diberikan kenikmatan) tidak merasakan hal itu, bahkan mereka mengira bahwa hal itu sebagai penghormatan dari Allah untuk mereka; padahal kenyataannya kebalikannya, yaitu penghinaan.

Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat lain, yaitu:

Artinya: Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu (berarti bahwa), Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? Tidak, ' sebenarnya mereka tidak sadar. (Al-Mu’minun: 55-56)

Dalam ayat lain disebutkan:

Artinya: Tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” (QS. Al-An’am: 44).

Hadits Istidraj

Dalam hadits disebutkan mengenai bahaya Istidraj karena membuat manusia lalai setelah diberikan kenikmatan.

Rasulullah SAW bersabda:


Apabila Anda melihat Allah memberikan kenikmatan dunia kepada seorang hamba, sementara dia masih bergelimang dengan maksiat, maka itu hakikatnya adalah istidraj dari Allah.

Tanda-tanda Istidraj

Imam Ibnu ‘Athoillah dalam karyanya Al-Hikam sebagaimana dikutip dari laman bincangsyariah.com, menegaskan bahwa tiap Muslim harus waspada terhadap karunia Allah, sedangkan selalu melanggar perintah-perintah-Nya dan bermaksiat kepada-Nya, karena pemberian tersebut bukanlah sebuah kenikmatan melainkan Istidraj agar berpuas diri dalam kehanyutan murka-Nya kelak di Akhirat.

Berikut tanda-tanda Istidraj yang perlu diketahui:

1. Selalu mendustakan Nikmat dan Ayat-Ayat Allah

Meremehkan dan enggan untuk mengamalkan dalam keseharian, padahal mereka telah mengetahuinya, hal tersebut selaras dengan firman-Nya:

"Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, akan kami biarkan mereka berangsur-angsur (kearah kebinasaan), dengan cara yang tidak mereka ketahui”(QS. Al A’raf: 182).

2. Selalu berbuat maksiat

Tanda orang terkena Istidraj berikutnya selalu berbuat maksiat dengan melanggar yang telah diperintahkan oleh Allah dan RasulNya, serta mengufuri nikmat-Nya, merasa tidak puas atas karunia-Nya.
Ali Bin Abi Thalib rhadiyallahu'anhu berkata : “Hai anak Adam ingat dan waspadalah bila kau lihat Tuhanmu terus menerus melimpahkan nikmat atas dirimu sementara engkau terus-menerus melakukan maksiat kepadaNya”.

3. Jarang Sakit

Orang-orang yang sedang mendapatkan ujian istidraj biasanya jarang jatuh sakit karena hikmah dari sakit salah satunya penghapus dosa.

Imam Syafi’I mengatakan: “Setiap orang pasti pernah mengalami sakit suatu ketika dalam hidupnya, jika engkau tidak pernah sakit maka tengoklah ke belakang mungkin ada yang salah dengan dirimu.”

4. Tidak Sadar akan Harta yang Diberikan

Tanda orang yang terkena istidraj kerap tidak menyadari jika harta yang dimiliki sejatinya hanya ujian agar tidak lupa diri.. Allah SWT berfirman.


Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu (berarti bahwa), Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? Tidak, ' sebenarnya mereka tidak sadar. (Al-Mu’minun: 55-56).

5. Bergembira dengan Kekayaan

Tanda orang yang terkena istidraj lainnya selalu bergembira dengan kenikmatan duniawi hingga melupakan peringatan Allah SWT.

Firman Allah SWT:


Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa. (Al-An'am: 44).

Hukuman Istidraj

Dalam Al Quran disebutkan hukuman Istidraj yakni bagi orang-orang yang lali karena diberikan kesenangan duniawi berupa adzab di akhirat.

Allah SWT berfirman:

Artinya: Dan Aku memberi tangguh kepada mereka. Sesungguhnya rencana-Ku amat teguh. (Al-Qalam: 45). Maknanya, Aku (Allah) tangguhkan mereka dan Aku akhirkan azab mereka serta Aku (Allah) berikan kepada mereka apa yang mereka inginkan, yang demikian itu termasuk tipu daya-Ku terhadap mereka.

Disebutkan dalam firman-Nya:

Artinya: Sesungguhnya rencana-Ku amat teguh. (Al-Qalam: 45)
Yaitu amat besar terhadap orang yang menentang perintah-Ku, mendustakan rasul-rasul-Ku, dan berani berbuat durhaka terhadap-Ku.

Di dalam kitab Sahihain disebutkan sebuah hadis, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:

Sesungguhnya Allah Swt. benar-benar memberi tangguh kepada orang yang zalim; hingga manakala Dia mengazabnya, maka ia tidak dapat luput dari siksa-Nya.

Wallahu A'lam

Masjid Baitul Muttaqien
BKP RW 01 Margatani Kramatwatu
16 September 2022
Bapak Ustadz Yusuf Ramdani

Tidak ada komentar:

Posting Komentar