Allah berfirman dalam surat Al Baqoroh QS 2: 183:
“Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang2 sebelum kamu, agar kamu menjadi orang yang bertakwa."
Puasa bukan hanya diwajibkan pada umat Nabi Muhammad, melainkan juga telah diwajibkan kepada kepada para Nabi terdahulu, bahkan sejak Nabi Adam. AS. Disebutkan dalam kitab Tafsir Ibnu Abbas, ketika Allah SWT menurunkan Nabi adam dari syurga, wajah nabi Adam yang dulunya putih, bersinar dan bercahaya, menjadi hitam, karena akibat dosa yang telah dilakukan.
Umat terdahulu bila melakukan kesalahan langsung diperlihatkan tanda dosa dan kesalahannya. Dizaman nabi Musa, Bani Isroil yang melakukan dosa akan langsung disebutkan atau tampil namanya beserta dosa dan kesalahaanya atau langsung tampak pada tanda fisiknya.
Namun, Nabi Muhammad pernah memohon agar menutup dosa umatnya agar tidak langsung ditunjukan, sehingga kita hanya melihat manusia dari sisi baiknya saja. Andai dosa diperlihatkan oleh Allah dalam wujud langsung dalam bentuk tanda fisik, maka niscaya tubuh kita akan penuh dengan bukti fisik itu semua.
Saat ini pada kenyataannya, banyak orang yang melakukan dosa dan kesalahan, namun tidak ditunjukkan atau ditampakkan secara fisik oleh Allah. Ini adalah nikmat besar, yang jarang disyukuri oleh umat Nabi Muhammad, tetapi kebanyakan kita manusia malah lupa, hal itu malah membuat lebih nyaman berbuat dosa, hanya karena betapapun banyak dosa namun ia tetap sehat, makan banyak, rezeki berlimpah, tidur nyenyak, jalan2 nyaman, alamnya kondusif.
Sedangkan umat zaman nabi sebelumnya banyak yang langsung mendapatkan hukuman, berupa musim paceklik, angin kencang yang suhunya panas dan tak bersahabat dan sebagainya.
Allah mengatakan pada Nabi Adam, bahwa Allah kan mengampuni dosa yang telah diperbuat, dengan mewajibkan berpuasa tiga hari di malam terang setiap bulan, yaitu yang sekarang kita kenal dengan puasa Ayyamul bid. Sejak saat itu puasa ayyamul bidh menjadi kewajiban setiap bulan selama satu tahun, dan ini dilaksanakan dalam dalam masa yang lama.
Selanjutnya di zaman ummat Muhammad, puasa dikumpulkan dari 11 bulan jadi satu bulan mulia yaitu bulan Romadhon. Jadi benar bahwa puasanya adalah kewajiban sejak umat terdahulu, namun puasa di bulan Romadhon adalah khusus, hanya ada pada umat Nabi Muhammad SAW, sebagai pemberian Istimewa dari Allah SWT.
Apa istimewanya, salah satunya seperti yang disebutkan dalam suatu Hadits yang diriwayatkan oleh Salman Al Farisi. Sungguh Allah telah memeberikan kehebatan, pemberian istimewa, suatu bulan agung, yaitu Ramadhan syahrul mubarok, bulan penuh keberkahan.
Berkah artinya waktunya banyak membawa manfaat. Orang yang waktunya berkah artinya waktunya cukup untuk menjalani segala kebutuhan dan hak-hak lainnya, cukup untuk untuk mencari penghidupan, untuk ibadah, belajar, mengkaji dan mengaji serta untuk memenuhi hak keluarga, dan masyarakat.
Ada orang sehari-harinya saking sibuknya gak sempat berkumpul dengan keluarga, saking sibuknya cari uang, gak keburu berjamaah atau bermasyarakat. Tapi ada juga yang semua bisa dilakukan, padahal waktu yang digunakannya sama-sama 24 jam sehari . Umat ini diberikan waktu yang lebih sempit dari umat terdahulu. Namun Allah memberikan waktu yang lebih manfaat dari umat lainnya.
Selain itu di bulan Ramadhan juga ada malam Lailatul Qodr, yaitu malam yang lebih baik dari 1000 bulan. Allah mewajibkan puasa agar kita menjadi orang yang bertaqwa dan sesuai dengan tujuan manusia diciptakan, yaitu beribadah. Allah ingin agar kita bisa mereview, mengevaluasi diri apakah 11 bulan lalu yang telah kita lalui sudah sesuai dengan apa yang menjadi tujuan hidup manusia itu. Allah ingin kita menjadi lebih baik, berguna, sesuai dengan tujuan diciptakan, menjadi orang yang bertaqwa,.
Dalam kitab Darotun Nashihin, Makna taqwa itu ada empat:
- Tawakkal
- Qonah’ah
- Wara’
- Yakin.
Tawakkal artinya percaya penuh, pasrah Allah sebagai zat yang memberikan rezeki atau perlindungan, tdk ada yg dijadikan pegangan kecuali Allah satu2nya, Hasbunalloh wa ni’mal wakil.
TAWAKAL
Tawakkal di atas bukan dalam pengertian yang pasif, melainkan memasrahkan suatu perkara kepada Allah setelah kita melakukan ikhtiar dan upaya terbaik bagi urusan kita serta tidak memandang apa yang kita lakukan adalah semata karena hasil usaha manusia, manusia memaksimalkan usaha melalui wasilah-wasilah, tetapi yang menjadikan hasil adalah Allah SWT. Berobat ke dokter adalah wasilah, namun yakin bahwa pada hakikatnya sumber yang menyembuhkan bukanlah dokter atau obat yang diberikan, melainkan dari Allah SWT. Pemberi energy bukanlah makanan, pada hakikatnya adalah berasal dari Allah.
Ibadah kita diterima atau tidak, bukan urusan kita. Apalagi menargetkan ibadah kita agar masuk syurga. Amal seorang ahli ibadah sekalipun tidak akan mampu mengimbangi nikmat yang telah Allah berikan. Seorang ahli ibadah sesungguhnya bisa masuk syurga lebih karena rahmat dan pertolongan dari Allah SWT.
Kalau kita masih itung-itungan terkait amal ibadah yang sudah kita lakukan, maka belum tawakal dalam ibadah.
Apalagi kalau kita terjebak pada tiga bahaya ibadah yang disebutkan dalam kitab Nashoihul Ibad karya Imam Nawawi berikut ini :
- Mengingat-ingat amal kebaikan seakan-akan ibadah itu adalah ibadah yang pasti diterima oleh Allah, bukan karena pertolongan dan rahmat Allah , padahal kita belum tahu apakah ibadah kita itu diterima atau tidak oleh Allah.
- Gampang lupa terhadap dosa yang baru dilakukan. Beramal baik sudah lama masih ingat, tetapi berbuat dosa baru semalam sudah lupa akan dosa itu.
- Orang yang Membanggakan diri, sombong atau ujub.
Maka dari itu iman harus selalu dilengkapi dengan roja dan khauf, takut amal ibadah kita tidak diterima karena belum memenuhi syarat ibadah yang benar, dan selalu berupaya mengilmui, memperbaiki amalnya, cara2nya, rukunnya, fikih amalnya, berupaya agar ikhlash, menjaga dari riya, dikoreksi di perbaiki dan juga berharap-harap cemas agar Allah menunjuki jalan yang benar dan menerima amal ibadah itu atas rahmatNya.
Bukti bahwa kita khouf atau takut, tidak percaya diri dengan amal yang kita lakukan adalah, selalu memperbaiki amal dan bukti bahwa kita Roja atau berharap adalah kita senantiasa konsisten beribadah dan mengintensifkan amal kita.
Kemudian semua orang harus bertaubat terhadap kekurangan dirinya masing-masing. Dan sering-sering melaksanakan istigfar. Namun bagaimana mungkin orang bisa bertaubat bila ia melupakan atau tidak mengenali apa saja dosa atau kesalahannya. Kita mudah melupakan dosa adalah skenario syaitan, sehingga kita dilupakan terhadap taubat dan istigfar.
Kita yang ibadahnya masih acak2an kurang banyak beristigfar padahal Rosul, yang ibadahnya sempurna beristigfar tidak kurang dari 100 kali setiap hari.
Disebutkan dalam hadits :
Beristigfarlah kepada Allah maka ia kamu akan mendapatkan barokah dari istigfar sehingga ia akan memunculkan rasa takut dihadapan Allah, dan Allah akan meluluhkan hatinya sehingga memiliki rasa takut kepada Allah.
Kalau istigfar sudah masuk ke dalam hati, dan hati kita takut kepada Allah, maka Allah akan memberikan pertolongan berupa kemudahan dalam segala keperluan dan urusan serta kelancaran rezeki tak terhingga.
Orang yang membanggakan diri, apa-apa karena saya, bila terekpresikan pada orang lain disebut sombong, sedangkan bila tidak terekpresikan kepada orang lain, disebut ujub, kebanggan diri yang hanya muncul dalam relung hati.
Ujub itu menghancurkan amal laksana api membakar kayu yang kering. Dan menjadikan amal kita defisit, bangkrut dan di akhir hayat menjadi orang malas beribadah, karena bobot ujub lebih besar dari ibadah yang ia perbuat.
QONA'AH
Qana’ah adalah ridho dan rela menerima apa yang sudah ditentukan Allah SWT, setelah kita melakukan usaha dengan penuh ketekunan dan berdoa kepada Allah SWT. Manusia yang Qonaah mensyukuri apa yang telah diberikan Allah SWT, tanpa harus menggerutu atas apa yang telah terjadi pada dirinya. Berserah sepenuhnya terhadap hasil yang didapat dan apa telah terjadi hanya kepada Allah SWT.
Meridhoi pemberian Allah meskipun sedikit. Tetap merasa senang karena yang sedikit itu adalah pemberian Allah. Orang yang Qona’ah tidak memiliki hasut, iri. Orang yang iri blm Qonaah, belum iman dan taqwa bila masih protes terhadap takdir Allah, dan secara tidak langsung seolah menyalahkan keputusan Allah. Orang yang Qonaah adalah yang yang mampu meridhoi ketentuan Allah, dia mampu merefleksikan Ridho bil qodho, Meridhoi tentang apa yang sudah diberikan Allah.
Kaya ridho, miskin ridho, sakit ridho, sehat ridho.
Rosululloh bersabda bahwa orang kaya bukanlah yang banyak hartanya, melainkan orang yang mampu meridhoi pemberian Allah. Betapapun orang memiliki harta benda berlimpah, memiliki dunia dan isinya jika ia masih punya ambisi untuk memiliki rezeki yang lain, maka pada hakikatnya dia belum Qonaah, bukanlah ia orang yang kaya, melainkan orang yang fakir atau miskin.
Saat puasa, sebelum berbuka semua makanan dikumpulkan sebanyak-banyaknya, padahal saat berbuka hanya sedikit yang dimakan. Atau puasanya puasa balas dendam. Padahal cukup segelas air dan makan sedikit sudah memenuhi kebutuhan sebagaimana mestinya.
Puasa bukannya menjadikan kita menjadi Qonaah, malah menjadikan kita menjadi orang yang serakah. Bila puasa bisa membawa kita menjadi Qonaah, maka kita akan menjadi orang yang ikhlash.
WARO
Waro, tidak mendekat pada masalah syubhat atau yang belum pasti halal atau haramnya. Nabi mengatakan yang haram itu jelas, dan halal itu juga jelas, diantara keduanya ada perkara yang semu. Banyak orang tidak mengenal perkara yang semu ini. Barang siapa yang menjaga dari perkara yang semu atau syubhat ini maka ia akan terjaga agamanya, kepribadiannya, kewibawaanya dan nama biaknya. Barangsiapa yang terjebak masuk pada perkara yang syubhat ini, maka niscaya ia nanti akan masuk pada perkara yang haram.
Anak yanhg lahir dari orangtua yang waro, akan melahirkan anak yang alim, sedangkan anak yang terlahir memiliki kekurangan boleh jadi karena apa yang dimakan tidak terjaga dan berasal dari yang syubhat atau yang haram. Makanan halal menyebabkan keturunan yang cerdas.
YAKIN
Yang terakhir adalah yakin, meyakini segala sesuatu dari allah, oleh, untuk, kepada Allah, Lillah. Semua ibadah boleh diperlihatkan. Sholat, utamanya dilaksanakan dengan berjamaah, Zakat, haji juga demikian diperlihatkan sebagai syiar, Tetapi puasa adalah ibadah yang rahasia, tidak ada yang tahu. Symbol lillah, oleh, untuk, kepada Allah. Symbol keyakinan yang benar adalah puasa. Tidak ada yang tahu apa yang kita perbuat saat kita sedang puasa. Dalam sebuah hadits disebutkan Puasa adalah milik aku, karena yang tahu hanya aku, kata Allah
Semohga di bulan Romadhon ini kita semua dapat mencapai tujuan orang yang berpuasa yaitu laallakum tattakun menjadi orang yang bertaqwa. Orang yang senantiasa Tawakkal, pasrah kepada Allah sebagai zat yang memberikan rezeki, memeberi perlindungan, mengaplikasikan kehidupan dengan qonaah, dan menyikapi rizqi dengan waro serta melaksanakan semua amal ibadah dan perbuatan kita dengan keyakinan yang benar kepada Allah SWT, yakin yakin bahwa Allah selalu mengawasi yakin bahwa Allah akan mencukupi kehidupan, yakin bahwa hanya Allah yang memberikan pertolonganatau pengampunan serta yakin akan adanya hari pengadilan di akhirat atas segala perbuatan kita di dunia.
Disampaikan oleh: KH Hafidz Anshori - Sabtu, 7 Ramadhan 1443 H –9 April 2022