Jumat, 29 April 2022

Memakmurkan Masjid


Bersama ucapan terima kasih, marilah kita syukuri selesainya pembangunan Masjid Baitul Muttaqien BKP dengan turut serta berpartisipasi memakmurkan masjid, khususnya di bulan Ramadhan ini. 

Memakmurkan masjid adalah frase yang sering kita dengar. Memakmurkan masjid merupakan amal shaleh yang sangat mulia.  Ia merupakan ciri khas orang muslim yang beriman kuat terhadap Allah, hari akhir, senantiasa menegakkan shalat, membayar zakat dan tidak takut dengan seorang pun kecuali Allah.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman: 

"Sesungguhnya yang memakmurkan masjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta (tetap) melaksanakan sholat, menunaikan zakat, dan tidak takut (kepada apa pun) kecuali kepada Allah. Maka mudah-mudahan mereka termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS. At-Taubah 9: Ayat 18)

Siang kita bekerja dan malam sebelum beristirahat kita isi dengan memperbanyak ibadah kepada Allah SWT.

Sebagaimana firman Allah dalam surat Al  Furqon (25) ayat 47:


وَهُوَ الَّذِيْ جَعَلَ لَـكُمُ الَّيْلَ لِبَا سًا وَّا لنَّوْمَ سُبَا تًا وَّجَعَلَ النَّهَا رَ نُشُوْرًا


"Dan Dialah yang menjadikan malam untukmu (sebagai) pakaian, dan tidur untuk istirahat, dan Dia menjadikan siang untuk bangkit berusaha."

Ayat lain juga menyebutkan:

"Dan adalah karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, agar kamu beristirahat pada malam hari dan agar kamu mencari sebagian karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada-Nya." (QS. Al-Qasas 28: Ayat 73)

Disampaikan oleh Bapak Wiji Utomo (Ketua RW. 01) | Kultum Ramadhan 1443 H / 2022

DKM Masjid Baitul Muttaqien

Mensyukuri Nikmat


Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh,  Allah benar-benar Maha Pengampun, lagi Maha Penyayang.

لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ

Artinya: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu”

Kita syukuri nikmat Allah di bulan Ramadhan dengan berupaya memanfaatkan waktu dan melaksanakan ibadah sebaik-baiknya, serta dengan saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran. 

Bila diberi masukan atau kritik hendaknya dapat menerima dengan lapang dada, karena apa artinya jika kita tidak bisa terima terhadap nasihat kebenaran? 

Maka hendaklah kita bisa bisa bersabar menerima nasehat kebenaran itu dan bisa bersabar dalam menjalankan perintah dan beribadah kepada Allah SWT.

Disampaikan oleh: Bapak Ustadz H. Ali Yusuf (Ketua DKM) | Kultum Ramadhan 1443 H / 2022

DKM Masjid Baitul Muttaqien

Selasa, 26 April 2022

Birrul Walidain: Pengertian, Keutamaan, dan Penerapannya dalam Kehidupan


Ajaran
birrul walidain dalam agama Islam menunjukkan betapa mulianya sosok orangtua di hadapan Allah SWT. Yang dimaksud birrul walidain adalah berbakti kepada orangtua.

Mengutip dari Konsep Birrul Walidain karya Luky Hasnijar, secara luas arti birrul walidain adalah berbuat baik kepada kedua orangtua, menunaikan hak orangtua dan (kewajiban terhadap) mereka berdua, tetap menaati keduanya, melakukan hal-hal yang membuat mereka senang ,dan menjauhi berbuat buruk terhadap mereka.

Perintah untuk berbakti kepada orangtua ini tertuang dalam beberapa ayat Alquran, salah satunya Surat Al-Luqman ayat 14 dan 15 yang berbunyi:
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun, bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.
Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepadaKulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan." (QS. Al-Luqman: 14-15).
Ayat tersebut menerangkan bahwa umat Islam wajib berbakti kepada orangtua selama itu tidak bertentangan dengan ajaran agama.

Keutamaan Birrul Walidain


Husain Zakaria Fulaifil dalam Maafkan Durhaka Kami, Ayah Bunda menulis beberapa keutamaan berbakti kepada orangtua menurut Alquran dan hadits, yaitu:
  • Berbakti kepada kedua orangtua lebih utama dari jihad (berjuang di jalan Allah).
  • Bakti kepada kedua orangtua adalah kebaikan yang memediasi keterkabulan doa kepada Allah
  • Bakti kepada kedua orangtua adalah karakteristik dasar para Nabi.
  • Ridha Allah terletak pada ridha kedua orangtua, dan kemarahan Allah terletak pada kemarahan orangtua.
  • Bakti kepada kedua orangtua menjadi sebab (kunci) untuk masuk surga.
  • Orang yang berbakti kepada kedua orangtuanya doa-doanya dikabulkan (diterima) Allah Azza wa jalla.
  • Bakti kepada orangtua adalah kebaikan yang menghapus dosa-dosa besar.
  • Barang siapa yang berbakti kepada orangtuanya, kelak anak-anaknya akan berbakti kepadanya.
  • Bakti kepada kedua orangtua melahirkan berkah rizki dan memanjangkan umur.
  • Doa kedua orangtua mustajabah (dikabulkan Allah).
  • Orang yang berbakti kepada kedua orangtuanya dalam naungan kasih sayang Allah Azza wa Jalla.


Amalan Birrul Walidain dalam Kehidupan Sehari-hari


Setelah mengetahui berbagai keutamaan dari birrul walidain, hendaknya umat Islam senantiasa berusaha memuliakan kedua orangtua. Berikut ini adalah beberapa penerapan birrul walidain dalam kehidupan sehari-hari:
  • Mendoakan Orangtua
Doa kepada orangtua bisa menjadi bukti bakti seorang anak. Panjatkan doa untuk orangtua seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah berikut ini:
اَللّهُمَّ اغْفِرْلِيْ وَلِوَالِدَيَّ وَارْحَمْهُمَاكَمَارَبَّيَانِيْ صَغِيْرَا
Allohummaghfirli Waliwaalidayya War Hamhumaa Kama Rabbayaanii Shagiiraa
Artinya: "Wahai Tuhanku, ampunilah aku dan kedua orang tuaku (Ibu dan Bapakku), sayangilah mereka seperti mereka menyayangiku di waktu kecil".

  • Meringankan Beban Orangtua
  • Orangtua kita telah berjuang agar anak-anaknya memiliki kehidupan yang layak. Cara paling sederhana yang dapat dilakukan untuk orangtua adalah membantu pekerjaan rumah. Selain itu ketika kita telah memiliki penghasilan sendiri, hendaknya sebagian uang tersebut digunakan untuk merawat

  • Tidak Membentak Orangtua
Semarah-marahnya kita kepada orang tua, jangan pernah sampai membentak mereka. Sesungguhnya Allah SWT mengutuk perbuatan tersebut.
Dalam Surat Al-Isra’ ayat 23, Allah berfirman:
“Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia”.

Disampaikan oleh Bapak Umar S. | Kultum Ramadhan 1443 H
DKM Masjid Baitul Muttaqien

Baiti Jannati


“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu, benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berfikir” (QS. Ar Rum [31]: 21).

Pada ayat sebelumnya dijelaskan, Allah menciptakan manusia dari tanah, lalu dari padanya, manusia berkembangbiak melalui hubungan suami istri. Sebagai kelanjutan, ayat ini menjelaskan, bahwa hubungan pasangan itu harus dibangun dengan akhlak mulia menuju keluarga sakinah (tentram), mawaddah (cinta), dan rahmah (sayang).

Ada tiga akhlak utama yang harus diperhatikan untuk membangun “Baiti Jannati, Rumahku Surgaku.”

Pertama, komunikatif. Artinya, aktiflah berkomunikasi dengan Allah, orang tua, mertua, pasangan, dan putra-putri Anda. Ketika bangun tidur, sebelum menyapa siapa pun, sapalah Allah dengan berdoa, “Wahai Allah, terima kasih, Engkau masih berkenan memberi saya tambahan hidup, setelah tidur semalam. Saya akan berhati-hati dalam hidup, sebab saya pasti suatu saat kembali kepada-Mu.”  

Setiap pagi, berikan ciuman kasih untuk pasangan Anda, disertai doa dan ungkapan cinta. Misalnya, “I love you, barakallahu fik / aku mencintaimu, dan semoga berkah Allah terus tercurah untukmu.” Sapalah setiap hari kedua orang tua dan mertua Anda dengan salam dan ungkapan yang terindah, meskipun hanya melalui media komunikasi modern. Upayakan, jangan sampai Anda kedahuluan salam mereka. Jadilah anak atau menantu penyapa dan periang. Jangan jadi orang “bisu.” Semua itu pahala. Senyum orang tua adalah senyum Allah untuk Anda. Dan, ketahuilah, senyum mereka adalah modal untuk kesuksesan Anda. 

Perbanyak komunikasi dengan Allah melalui sujud malam hari untuk curhat apa pun. Jangan sekali-kali curhat kepada selain-Nya. Yakinlah, melalui sujud panjang, Allah akan mengambil alih penyelesaian semua masalah Anda.

Kedua, apresiatif. Artinya memperbanyak syukur kepada Allah dan terima kasih kepada pasangan. Hindari kebiasaan mengeluh, sebab itu tanda keimanan yang keropos dan mental yang sakit. Hargailah setiap jasa sekecil apa pun pasangan Anda.

Ketika menikmati hidangan yang disiapkan istri, misalnya, katakan, “Wahai Allah, gantilah makanan dan minuman surga untuk istriku tercantik, yang menyiapkan hidangan ini. Berikan ia kebahagiaan, sebab, ia telah membahagiakan saya dengan penataan rumah, pakaian, dan hidangan yang luar biasa ini.”

Sebagai istri, Anda juga harus memberi apresiasi yang sama. Misalnya, “Wahai Allah, gantilah keringat suamiku yang tampan dan pekerja keras ini dengan mutiara-mutiara terindah di surga.” Allah sudah memberi jaminan keberkahan dan kebahagiaan, jika Anda apresiatif. “Jika kamu apresiatif kepada Allah dan semua orang, Kami akan menambah kualitas hidupmu.” (QS. Ibrahim [14]: 7)

Ketiga, selektif. Artinya, pilihlah kata terindah untuk pasangan Anda. Jangan asbun (asal bunyi), tanpa berfikir akibat negatif dari kata yang diucapkan. Orang bijak berkata, “Think today and speak tomorrow / berpikirlah sekarang, dan katakan besok.” Ali bin Abi Thalib r.a berkata, “Lidah orang cerdas di belakang hatinya, dan lidah orang bodoh di depan hatinya.” Artinya, hanya orang bodoh yang tidak selektif terhadap kata yang akan diucapkan.

Jangan pula aslan (asal telan) semua informasi. Anda harus selektif terhadap informasi negatif tentang pasangan Anda. Lakukan tabayun atau klarifikasi, apalagi pada era banjir informasi seperti sekarang ini. Wallahu'alam bishowab.

Disampaikan oleh : Bapak Suprapto | Kultum Ramadhan 1443 H
DKM Masjid Baitul Muttaqien

Jumat, 22 April 2022

 I’Tikaf Mendekatkan Diri Kepada Allah Swt


Memasuki sepuluh hari terakhir bulan Ramadan, derajat pahala yang Allah berikan pada umatnya semakin tinggi. Artinya, semakin banyak beribadah dan beramal di hari-hari terakhir menjelang berakhirnya Ramadan, maka semakin banyak pula pahala yang akan diterima.

Hadist Rasulullah SAW menyebutkan bahwa:

“Siapa yang ingin beri’tikaf bersamaku maka ber I’tikaflah pada sepuluh malam terakhir (HR Ibnu Hibban) 

“Sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa beri’tikaf disepuluh hari terakhir dari bulan Ramadan hingga beliau diwafatkan oleh Allah. Lalu istri-istri beliau beri’tikaf setelah beliau wafat. Muttafaqun ‘alaih." (HR. Bukhari dan Muslim). 

Jemaah yang dimulyakan Allah SWT.

Beritikaf untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, ada beberapa keutamaan yang didapat diantaranya:

  1. Mencari malam Lailatul Qadar. Untuk bisa bertemu Lailatul Qadar, harus memperbanyak ibadah dikala malam. Dengan melakukan i'tikaf, akan lebih bisa fokus melakukan banyak kegiatan ibadah tersebut, seperti:
    • Membaca Alquran dan tafsirnya
    • Berzikir 
    • Salat sunah / qiyamul lail
    • Dan kegiatan bermanfaat lain. 
    • Insya Allah jika beri'tikaf disepuluh hari terakhir Ramadan, kamu bisa lebih berpeluang berjumpa dengan malam Lailatul Qadar.
  2. Terjaga dari perbuatan maksiat. Karena menjauh sejenak dari hiruk pikuk dunia, akan lebih terlindungi dari bermacam jenis perbuatan maksiat. I'tikaf bisa mencegahmu dari kebiasaan bergosip, kalap berbelanja, atau urusan zuhud lainnya. 
  3. Salat menjadi lebih khusyuk. Habluminallah atau hubungan dengan Allah SWT bisa semakin terbentuk jika melakukan i'tikaf. Karenanya, sembari berlatih agar ibadah salat bisa lebih khusyuk. Salat, terutama salat fardu, bukan semata-mata untuk menggugurkan kewajiban, namun lebih karena kamu membutuhkan salat.
  4. Memberi kesempatan untuk evaluasi diri. Seperti kata pepatah: "Gajah di pelupuk mata tak tampak, semut di seberang lautan tampak." Artinya, manusia lebih mudah mengevalusi kesalahan orang lain ketimbang kesalahannya sendiri. Nah, momen beri'tikaf bisa memberimu ruang dan kesempatan untuk melongok kediri sendiri tentang hal-hal negatif yang sudah dilakukan selama ini. Harapannya, setelah melakukan i'tikaf, kamu bisa menjadi pribadi yang jauh dari perbuatan tercela. 
  5. Mengajarkan berlaku sabar dalam menjalankan amal saleh. Selain menjauh dari perkara zuhud, beri'tikaf juga bisa mengajarkan kamu menerapkan sifat sabar selama menjalankan amal ibadah. Kamu dituntut tidak tergesa-gesa melaksanakan salat, membaca Quran, berzikir, membaca buku agama, dan amal saleh lainnya. I'tikaf bisa membuatmu lebih merasakan getaran hati saat melakukan ibadah-ibadah tersebut.
Nah, itulah tentang keutamaan dari i'tikaf. Jika gak sempat melakukan i'tikaf selama sepuluh hari penuh diakhir Ramadan, minimal kamu bisa menyempatkan satu hari untuk beri'tikaf di masjid-masjid terdekat. 

Semangat mendulang pahala. Masjid Baitul Muttaqin sudah puluhan tahun melaksanakan i’tikaf dan telah dikoordinir dengan baik. 

Dengan i'tikaf di Masjid Baitul Muttaqin BKP, ada dua hal yang akan didapat:

  1. Habluminallah: habluminallah dikenal sebagai kesholenan indifidu atau ibadah mahdhah
  2. Habluminannas: habluminannas merupakan kesalehan sosial atau ibadah ghairu mahdhah, sebab konsep dimana manusia menjaga hubungan baik dengan manusia lainnya pada hakikatnya manusia merupakan mahkluk sosial. 
Semoga dengan i'tikaf kita menjadi orang yang bersyukur, orang yang iklhas, orang yang sabar, orang yang menghargai dan menghormati orang lain serta kita bisa semakin Memakmurkan Masjid serta tercipta “INDAHNYA KEBERSAMAAN

 

Disampaikan oleh : Bapak H. Tugiyo M. | Kultum Ramadhan 1443 H | 21 April 2022
DKM Masjid Baitul Muttaqien

Malam Lailatul Qadar


Tanda-tanda malam Lailatul Qadar

Pada malam Lailatul Qadar, siang harinya matahari akan bersinar sangat lembut. Udara pada saat itu tidak panas dan tidak ada cahaya matahari yang memancar. Kemudian pada saat malam hari udaranya sejuk, tidak panas dan tidak dingin.

Udara pada saat malam Lailatul Qadar akan terasa nyaman karena pada malam tersebut turun malaikat-malaikat.

"Yang pasti karena malam itu adalah turunya para malaikat sehingga digambarkan berarti udara bersih langitnya karena malaikat dan malaikat Jibril   turun ke bumi pada malam itu, dengan izin Allah SWT."

"Bisa dibayangkan bagaimana langit dipenuhi malaikat yang suci diutus Allah, benar-benar malam itu sangat nyaman"

Ia juga menerangkan ciri-ciri umat Islam yang akan mendapatkan Lailatul Qadar. Orang yang merasakan Lailatul Qadar hatinya akan merasa senang, merasa damai, dan merasa imannya bertambah. Hal ini dikarenakan orang tersebut mendapatkan kebaikan dari Allah SWT.

"Secara umum, orang yang mendapatkan kebaikan dari Allah, dia pasti cenderung jiwanya nyaman untuk beribadah kepada Allah". ungkapnya.

Pengertian dari malam Lailatul Qadar sendiri, berdasarkan surat Al Qadr berarti kemuliaan.


اِنَّااَنْزَلْنٰهُ فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْر

Artinya: "Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada malam qadar."

وَمَا اَدْرٰٮكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ

Artinya: "Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?"

لَيْلَةُ الْقَدْرِ ۙ خَيْرٌ مِّنْ اَلْفِ شَهْرٍ

Artinya: "Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan."

تَنَزَّلُ الْمَلٰٓئِكَةُ وَا لرُّوْحُ فِيْهَا بِاِ ذْنِ رَبِّهِمْ ۚ مِّنْ كُلِّ اَمْرٍ

Artinya: "Pada malam itu turun para malaikat dan Roh (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan."

سَلٰمٌ  ۛ هِيَ حَتّٰى مَطْلَعِ الْفَجْرِ

Artinya: "Sejahteralah (malam itu) sampai terbit fajar."


Berikut doa yang dianjurkan untuk dibaca saat malam Lailatul Qadar.

اللَّـهُـمَّ إنَّكَ عَفُوٌّ تُـحِبُّ العَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي

Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun dan amat suka akan keampunan, maka berikanlah keampunan kepadaku.”


Dianjurkan juga membaca surah Al-Baqarah: 201

رَبَّنَااٰتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَّفِى الْاٰ خِرَةِ حَسَنَةً وَّ قِنَا عَذَا بَ النَّا رِ

Artinya: "Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari azab neraka."


Amalan-amalan yang dianjurkan:

  1. Sholat malam (taraweh dan tahajud)
  2. Membaca Al-quran
  3. Beristigfar dan berdoa
  4. Berdzikir
  5. Bersedekah

Disampaikan oleh Bapak H. Ahid S. Ahmadi | Kultum Ramadhan 1443 H / 19 April 2022

DKM Masjid Baitul Muttaqien

Rabu, 20 April 2022

Seberapakah Syukur Kita?


Syukur merupakan perbuatan yang amat utama dan mulia, oleh karena itu Allah Subhannahu wa Ta'ala memerintahkan kita semua untuk bersyukur kepada-Nya, mengakui segala keutamaan yang telah Dia berikan, sebagaimana dalam firman Nya, yang artinya,

"Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.” (Al-Baqarah :152)

Allah SWT juga memberitahukan, bahwa Dia tidak akan menyiksa siapa saja yang mau bersyukur, sebagaimana yang difirmankan, 
yang artinya:

“Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman, dan Allah adalah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui.” (An-Nisaa :147)

Orang yang mau bersyukur merupakan kelompok orang yang khusus dihadapan Allah, Dia mencintai kesyukuran dan para pelakunya serta membenci kekufuran dan pelakunya. Dia telah berfirman,

yang artinya,
“Jika kamu kafir, maka sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman)mu dan Dia tidak meridhai kekafiran bagi hamba-Nya; dan jika kamu bersyukur, niscaya Dia meridhai bagimu kesyukuranmu itu” (QS Az Zumar:7)

Allah juga menegaskan, bahwa syukur merupakan sebab dari kelangsungan sebuah nikmat, sehingga tidak lenyap dan bahkan malah semakin bertambah, sebagaimana firman-Nya, yang artinya,


"Dan (ingatlah juga), takala Rabbmu mema'lumkan, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (Ibrahim : 7)

Dan masih banyak lagi, tentunya keutamaan dan manfaat dari syukur kepada Allah, maka tak heran jika Allah menyatakan, bahwa amat sedikit dari hamba-hamba-Nya yang bersyukur (dengan sebenarnya).

Hakikat Syukur

Kesyukuran yang hakiki dibangun di atas lima pondasi utama. Barang siapa yang merealisasikannya, maka dia adalah seorang yang bersyukur dengan benar. Lima asas tersebut adalah:

  1. Merendahnya orang yang bersyukur dihadapan yang dia syukuri (Allah). 
  2. Kecintaan terhadap Sang Pemberi nikmat (Allah).
  3. Mengakui seluruh kenikmatan yang Dia berikan.
  4. Senantiasa memuji-Nya, atas nikmat tersebut.
  5. Tidak menggunakan nikmat untuk sesuatu yang dibenci oleh Allah.
Maka dengan demikian syukur adalah merupakan bentuk pengakuan atas nikmat Allah dengan penuh sikap kerendahan serta menyandarkan nikmat tersebut kepada-Nya, memuji Nya dan menyebut-nyebut nikmat itu, kemudian hati senantiasa mencintai Nya, anggota badan taat kepada-Nya serta lisan tak henti-henti menyebut Nya.

Disampaikan oleh Bapak Subandrio - Kultum Ramadhan 1443 H / April 2022
DKM Masjid Baitul Muttaqien

Puasa Itu Menyehatkan


Umat Islam diperintahkan dan diwajibkan berpuasa selama 1 bulan. Bukan hanya kewajiban agama saja, ternyata manfaat puasa untuk kesehatan sangat banyak, baik manfaat jasmani maupun rohani. 

Setidaknya ada 6 manfaat puasa untuk kesehatan jasmani menurut laman resmi kementerian kesehatan & healthline:

  1. Membersihkan racun dalam tubuh
  2. Mengistirahatkan sistem pencernaan
  3. Mengurangi kadar gula darah
  4. Menurunkan berat badan
  5. Meningkatkan kesehatan jantung
  6. Menunda penuaan dan memperpanjang usia
Menurut penelitian yang dilakukan para ahli terhadap seekor tikus, hasilnya adalah: tikus yang berpuasa setiap hari, mengalami proses penuaan yang tertunda sebesar 83% dibandingkan dengan tikus yang tidak berpuasa.

Setidaknya ada 5 manfaat kesehatan rohani menurut Direktur RSUD Dr. Ishak Tulung Agung:
  1. Menentramkan hati dan menenangkan fikiran
  2. Keimanan semakin meningkat
  3. Jiwa sosial dan kepedulian sosial meningkat
  4. Pencegahan dan penyembuhan penyakit mental dan penyakit hati
  5. Keadaan phisikologis yang tenang dan mencegah stress.
Penutup:
"Sesungguhnya orang yang hebat dan perkasa bukanlah orang yang bisa mengalahkan orang lain, tetapi adalah orang yang mampu mengendalikan dirinya ketika dia merah-marah" - HR Bukhori & Muslim.

Disampaikan oleh Bapak Mujianto (Ketua RT. 02) - Kultum Ramadhan 1443 H / April 2022
DKM Masjid Baitul Muttaqien

Senin, 18 April 2022

Tujuan Puasa


Allah berfirman dalam surat Al Baqoroh QS 2: 183:

“Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang2 sebelum kamu, agar kamu menjadi orang yang bertakwa."

Puasa bukan hanya diwajibkan pada umat Nabi Muhammad, melainkan juga telah diwajibkan kepada kepada para Nabi terdahulu, bahkan sejak Nabi Adam. AS. Disebutkan dalam kitab Tafsir Ibnu Abbas, ketika Allah SWT menurunkan Nabi adam dari syurga, wajah nabi Adam yang dulunya putih, bersinar dan bercahaya, menjadi hitam, karena akibat dosa yang telah dilakukan.

Umat terdahulu bila melakukan kesalahan langsung diperlihatkan tanda dosa dan kesalahannya. Dizaman nabi Musa, Bani Isroil  yang melakukan dosa akan langsung disebutkan atau tampil namanya beserta dosa dan kesalahaanya atau langsung tampak pada tanda fisiknya. 

Namun, Nabi Muhammad pernah memohon agar menutup dosa umatnya agar tidak langsung ditunjukan, sehingga kita  hanya melihat manusia dari sisi baiknya saja. Andai dosa diperlihatkan oleh Allah dalam wujud langsung dalam bentuk tanda fisik, maka niscaya tubuh kita akan penuh dengan bukti fisik itu semua.

Saat ini pada kenyataannya, banyak orang yang melakukan dosa dan kesalahan, namun tidak ditunjukkan atau ditampakkan secara fisik oleh Allah. Ini adalah nikmat besar, yang jarang disyukuri oleh umat Nabi Muhammad, tetapi kebanyakan kita  manusia malah lupa,  hal itu malah membuat lebih nyaman berbuat dosa, hanya karena betapapun banyak dosa namun ia tetap sehat, makan banyak, rezeki berlimpah, tidur nyenyak, jalan2 nyaman, alamnya kondusif.

Sedangkan umat zaman nabi sebelumnya banyak yang langsung mendapatkan hukuman, berupa musim  paceklik, angin kencang yang suhunya panas dan tak bersahabat dan sebagainya.

Allah mengatakan pada Nabi Adam, bahwa Allah kan mengampuni dosa yang telah diperbuat, dengan mewajibkan berpuasa tiga hari di malam terang setiap bulan, yaitu yang sekarang kita kenal dengan puasa Ayyamul bid.  Sejak saat itu puasa ayyamul bidh menjadi kewajiban setiap bulan  selama satu tahun, dan ini dilaksanakan dalam  dalam masa  yang lama.

Selanjutnya di zaman ummat Muhammad, puasa dikumpulkan dari 11 bulan jadi satu bulan mulia yaitu bulan Romadhon. Jadi benar bahwa puasanya adalah kewajiban sejak umat terdahulu, namun puasa di bulan Romadhon adalah khusus, hanya ada pada umat Nabi Muhammad SAW, sebagai pemberian Istimewa dari Allah SWT.

Apa istimewanya, salah satunya seperti yang disebutkan dalam suatu Hadits yang diriwayatkan oleh Salman Al Farisi. Sungguh Allah telah memeberikan kehebatan, pemberian istimewa, suatu bulan agung, yaitu Ramadhan syahrul mubarok, bulan penuh keberkahan. 

Berkah artinya waktunya banyak membawa manfaat.  Orang yang waktunya berkah artinya waktunya cukup untuk menjalani segala kebutuhan dan hak-hak lainnya, cukup untuk untuk mencari penghidupan, untuk ibadah, belajar, mengkaji dan mengaji serta untuk memenuhi hak keluarga, dan masyarakat. 

Ada orang sehari-harinya saking sibuknya gak sempat berkumpul dengan keluarga, saking  sibuknya cari uang, gak  keburu berjamaah atau bermasyarakat.  Tapi ada juga yang semua bisa dilakukan, padahal waktu yang digunakannya sama-sama 24 jam sehari . Umat ini diberikan waktu yang lebih sempit dari umat terdahulu. Namun Allah memberikan waktu yang lebih manfaat dari umat lainnya.

Selain itu di bulan Ramadhan juga ada malam Lailatul Qodr,  yaitu malam yang lebih baik dari 1000 bulan. Allah mewajibkan puasa agar kita menjadi orang yang  bertaqwa dan sesuai dengan tujuan manusia diciptakan, yaitu beribadah.  Allah ingin agar kita bisa mereview, mengevaluasi diri apakah 11 bulan lalu yang telah kita lalui sudah sesuai dengan apa yang menjadi tujuan hidup manusia itu. Allah ingin kita menjadi lebih baik, berguna, sesuai dengan tujuan diciptakan, menjadi orang yang bertaqwa,.   

Dalam kitab Darotun Nashihin, Makna taqwa itu ada empat:

  1. Tawakkal
  2. Qonah’ah
  3. Wara’
  4. Yakin.

Tawakkal artinya percaya penuh, pasrah Allah sebagai zat yang memberikan rezeki atau perlindungan, tdk ada yg dijadikan pegangan kecuali Allah satu2nya, Hasbunalloh wa ni’mal wakil.

TAWAKAL

Tawakkal di atas bukan dalam pengertian yang pasif, melainkan memasrahkan suatu perkara kepada Allah setelah kita melakukan ikhtiar dan upaya terbaik bagi urusan kita serta tidak memandang apa yang kita lakukan adalah semata karena hasil usaha manusia, manusia memaksimalkan usaha melalui wasilah-wasilah, tetapi yang menjadikan hasil adalah Allah SWT.  Berobat ke dokter adalah wasilah, namun yakin bahwa pada hakikatnya sumber  yang menyembuhkan bukanlah dokter atau obat yang diberikan, melainkan dari Allah SWT. Pemberi energy bukanlah makanan, pada hakikatnya adalah berasal dari Allah.

Ibadah kita diterima atau tidak, bukan urusan kita. Apalagi menargetkan ibadah kita agar masuk syurga. Amal seorang ahli ibadah sekalipun tidak akan mampu mengimbangi nikmat yang telah Allah berikan. Seorang ahli ibadah sesungguhnya  bisa masuk syurga lebih karena rahmat dan pertolongan dari Allah SWT.

Kalau kita masih itung-itungan terkait amal ibadah yang sudah kita lakukan, maka belum tawakal dalam ibadah. 

Apalagi kalau kita terjebak pada tiga bahaya ibadah yang disebutkan dalam kitab Nashoihul Ibad karya Imam Nawawi berikut ini :

  1. Mengingat-ingat amal kebaikan seakan-akan ibadah itu adalah ibadah yang pasti diterima oleh Allah, bukan karena pertolongan dan rahmat Allah , padahal kita belum tahu apakah ibadah kita itu diterima atau tidak oleh Allah.
  2. Gampang lupa terhadap dosa yang baru dilakukan. Beramal baik sudah lama masih ingat, tetapi berbuat dosa  baru semalam sudah lupa akan dosa itu.
  3. Orang yang Membanggakan diri, sombong atau ujub.

Maka dari itu iman harus selalu dilengkapi dengan roja dan khauf, takut amal ibadah kita tidak diterima karena belum memenuhi syarat ibadah yang benar, dan selalu berupaya mengilmui, memperbaiki amalnya, cara2nya, rukunnya, fikih amalnya, berupaya agar ikhlash, menjaga dari riya, dikoreksi di perbaiki dan juga berharap-harap cemas agar Allah menunjuki jalan yang benar dan menerima amal ibadah itu atas rahmatNya. 

Bukti bahwa kita khouf atau takut, tidak percaya diri dengan amal yang kita lakukan adalah, selalu memperbaiki amal dan bukti bahwa kita Roja atau berharap adalah kita senantiasa konsisten beribadah dan mengintensifkan amal kita.

Kemudian semua orang harus bertaubat terhadap kekurangan dirinya masing-masing. Dan sering-sering melaksanakan istigfar. Namun bagaimana mungkin orang bisa bertaubat bila ia melupakan atau tidak mengenali apa saja dosa atau kesalahannya. Kita mudah melupakan dosa adalah skenario syaitan, sehingga kita dilupakan terhadap taubat dan istigfar.

Kita yang ibadahnya masih acak2an kurang banyak beristigfar padahal Rosul, yang ibadahnya sempurna beristigfar tidak kurang dari 100 kali setiap hari. 

Disebutkan dalam hadits : 

Beristigfarlah kepada Allah maka ia kamu akan mendapatkan barokah dari istigfar sehingga ia akan memunculkan rasa takut dihadapan Allah, dan Allah akan meluluhkan hatinya sehingga memiliki rasa takut kepada Allah.

Kalau istigfar sudah masuk ke dalam hati, dan hati kita takut kepada Allah, maka Allah akan memberikan pertolongan berupa kemudahan dalam segala keperluan dan urusan  serta kelancaran rezeki tak terhingga. 

Orang yang membanggakan diri, apa-apa karena saya, bila terekpresikan pada orang lain disebut sombong, sedangkan bila tidak terekpresikan kepada orang lain, disebut ujub, kebanggan diri yang hanya muncul dalam relung hati. 

Ujub itu menghancurkan amal laksana api membakar kayu yang kering. Dan menjadikan amal kita defisit, bangkrut dan di akhir hayat menjadi orang malas beribadah, karena bobot ujub lebih besar dari ibadah yang ia perbuat.

QONA'AH

Qana’ah adalah ridho dan rela menerima apa yang sudah ditentukan Allah SWT, setelah kita melakukan usaha dengan penuh ketekunan dan berdoa kepada Allah SWT. Manusia yang Qonaah mensyukuri apa yang telah diberikan Allah SWT, tanpa  harus menggerutu atas apa yang telah terjadi pada dirinya. Berserah sepenuhnya terhadap hasil yang didapat dan apa telah terjadi hanya kepada Allah SWT. 

Meridhoi pemberian Allah meskipun sedikit. Tetap merasa senang karena yang sedikit itu adalah pemberian Allah. Orang yang Qona’ah tidak memiliki hasut, iri. Orang yang iri blm Qonaah, belum iman dan taqwa bila masih protes terhadap takdir Allah, dan secara tidak langsung seolah menyalahkan keputusan Allah. Orang yang Qonaah adalah yang yang mampu meridhoi ketentuan Allah, dia mampu merefleksikan Ridho bil qodho, Meridhoi tentang apa yang sudah diberikan Allah. 

Kaya ridho, miskin ridho, sakit ridho, sehat ridho.

Rosululloh  bersabda bahwa orang kaya bukanlah yang banyak hartanya, melainkan orang yang mampu meridhoi pemberian Allah.  Betapapun orang memiliki harta benda berlimpah, memiliki dunia dan isinya jika ia masih punya ambisi untuk memiliki rezeki yang lain, maka pada hakikatnya dia belum Qonaah, bukanlah ia orang yang kaya, melainkan orang yang fakir atau miskin.

Saat puasa, sebelum berbuka semua makanan dikumpulkan sebanyak-banyaknya, padahal saat berbuka hanya sedikit yang dimakan. Atau puasanya puasa balas dendam. Padahal cukup segelas air dan makan sedikit sudah memenuhi kebutuhan sebagaimana mestinya. 

Puasa bukannya menjadikan kita menjadi Qonaah, malah menjadikan kita menjadi orang yang serakah. Bila puasa bisa membawa kita menjadi Qonaah, maka kita akan menjadi orang yang ikhlash.

WARO


Waro, tidak mendekat pada masalah syubhat atau yang belum pasti halal atau haramnya. Nabi mengatakan yang haram itu jelas, dan halal itu juga jelas, diantara keduanya ada perkara yang semu.  Banyak orang tidak mengenal perkara yang semu ini.  Barang siapa yang menjaga dari perkara yang semu atau syubhat ini maka ia akan terjaga agamanya, kepribadiannya, kewibawaanya dan nama biaknya. Barangsiapa yang terjebak masuk pada perkara yang syubhat ini, maka niscaya ia nanti akan masuk pada perkara yang haram.

Anak yanhg lahir dari orangtua yang waro, akan melahirkan anak yang alim, sedangkan anak yang terlahir memiliki kekurangan boleh jadi karena apa yang dimakan tidak terjaga dan berasal dari yang syubhat atau yang haram. Makanan halal menyebabkan keturunan yang cerdas.

YAKIN

Yang terakhir adalah yakin, meyakini segala sesuatu dari allah, oleh, untuk, kepada Allah, Lillah. Semua ibadah boleh diperlihatkan. Sholat, utamanya dilaksanakan dengan berjamaah, Zakat, haji  juga demikian diperlihatkan sebagai syiar, Tetapi puasa adalah ibadah yang rahasia, tidak ada yang tahu.  Symbol lillah, oleh, untuk, kepada Allah. Symbol keyakinan yang benar adalah puasa. Tidak ada yang tahu apa yang kita perbuat saat kita sedang puasa.  Dalam sebuah hadits disebutkan Puasa adalah milik aku, karena yang tahu hanya aku, kata Allah

Semohga di bulan Romadhon ini kita semua dapat mencapai tujuan orang yang berpuasa yaitu laallakum tattakun menjadi orang yang bertaqwa. Orang yang senantiasa Tawakkal, pasrah kepada Allah sebagai zat yang memberikan rezeki, memeberi perlindungan, mengaplikasikan kehidupan dengan qonaah, dan menyikapi rizqi dengan waro serta  melaksanakan semua amal ibadah dan perbuatan kita dengan keyakinan yang benar kepada Allah SWT, yakin yakin bahwa Allah selalu mengawasi yakin bahwa Allah akan mencukupi kehidupan, yakin bahwa hanya Allah yang memberikan pertolonganatau pengampunan serta yakin akan adanya hari pengadilan di akhirat atas segala  perbuatan kita  di dunia.


Disampaikan oleh: KH Hafidz Anshori - Sabtu, 7 Ramadhan 1443 H –9  April  2022

Minggu, 17 April 2022

Meraih Ampunan Allah


Ramadhan memiliki banyak keutamaan, salah satunya adalah bahwa Allah membuka pintu ampunan yang seluas-luasnya.

Apa syarat atau sebab turunnya ampunan dari Allah di bulan Ramadhan:

1. Disebutkan dalam (HR. Bukhari dan Muslim). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غَفَرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barangsiapa berpuasa Ramadhan karena beriman dan mengharap pahala, niscaya akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” 


2. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غَفَرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barangsiapa melakukan shalat malam pada bulan Ramadhan karena beriman dan mengharap pahala, niscaya akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim).


3. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ قَامَ لَيْلَةَ القَدْرِ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غَفَرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مَنْ ذَنْبِهِ

“Barangsiapa menegakkan shalat di malam Lailatul Qadar karena beriman dan mengharap pahala, niscaya akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Shoum, sholat dan ibadah lainnya yang kita lakukan dengan iman, kekhusuan dan keikhlasan itulah yang akan menghapuskan dosa-dosa kita di masa lalu.

Namun hal itu janganlah membuat kita kelewat percaya diri ,apalagi sampai menyombongkan diri, menganggap bahwa hanya karena upaya amal kita dalam beribadah itulah, yang menjadi sebab kita mendapatkan ampunan Allah. Karena pada kenyataannya yang menjadi sebab diampuninya dosa, ketenangan hati, dan meningkatnya keimanan lebih banyak karena pertolonga, petunjuk, sebagaimana Allah berfirman dalam surat Al Fath yang dikutip di awal. 

Sungguh, Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata."Agar Allah  memberikan ampunan kepadamu (Muhammad) atas dosamu yang lalu dan yang akan datang, serta menyempurnakan nikmat-Nya atas mu dan menunjukimu ke jalan yang lurus,"

"Dialah Allah, yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin untuk menambah keimanan mereka disamping keimanan mereka (yang telah ada).  Dan milik Allah-lah bala tentara langit & bumi, dan Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana"

Allahlah yang memberikan ampunan, dan Allahlah yang akan  menyempurnakan nikmatnya kepada kita, serta Allah pula yang memberikan ketenangan serta menambahkan keimanan kepada kita. 

Oleh karena itu syarat atau sebab turunnya ampunan Allah berikutnya adalah, hendaknya kita tetap memperbanyak istigfar dan doa memohon pertolongan, bimbingan dan petunjuk kepada Allah SWT.  Tidak layak kita menyombongkan amal ibadah kita, sebaliknya senantiasalah kita berupaya merendahkan diri kita dihadapan Allah dengan memperbanyak istighfar dan doa. 

Rosululloh yang amal ibadahnya paling sempurna, telah diampuni segala dosanya, serta telah dijamin masuk surga-pun tetap melakukan istigfar dan taubat lebih dari 70 kali dalam sehari. Istigfâr adalah Memohon Ampunan Allah atas dosa dan khilaf, serta mohon agar Allah menutupi aib atau kelemahan kita.

* Rasulullah SAW juga bersabda, (HR. Timidzi).

Orang yang berpuasa tidak tertolak doanya, hingga ia berbuka.” 

Oleh karena itu, di bulan Ramadhan, bulan ampunan ini marilah kita berlomba-lomba memanfaatkannya sebagai peluang untuk menyucikan diri kita dari tumpukan dosa dengan melaksanakan shaum dan sholat malam dengan sebaik-baiknya, serta meperbanyak istigfar dan doa, memohon ampunan kepada Allah, berdoa memohon petunjuk, pertolongan dan bimbingan dari Allah. Semoga Ramadhan ini menjadi Ramadhan yang terbak bagi kita.

Disampaikan oleh : H. Didi Kurniawan M. Pd. – Rabu, 11 Ramadhan 1443 H –13  April  2022

Minggu, 10 April 2022

3 Orang Yang Do'anya Tidak Akan Tertolak Oleh Allah


1. Orang Yang Berpuasa Sampai Ia Berbuka Puasa

Do'anya Orang2 yang berpuasa, niscaya tidak akan tertolak oleh Allah atau dengan kata lain dikabulkan segala permohonan dalam do'anya

2. Pemimpin Yang Adil

Mudah-mudahan pemimpin-pemimpin kita ini banyak yang adil, sehingga ketika mereka berdo'a langsung diijabah oleh Allah SWT. Tapi sebaliknya, pemimpin yang tidak adil niscaya tidak akan diijabah doanya oleh Allah SWT.

3. Do'anya Orang-Orang Yang Terdzolimi

Do'anya orang-orang yang terdzolimi & tersakiti doanya akan langsung diijabah oleh Allah SWT. Maka berhati-hatilah dalam muamalah 'bainannas' jangan-jangan ada diantara kita yang terdzolimi & tersakiti oleh kita. 


Dalam berdoa, kita meminta kepada Allah agar:

1. Meninggal dalam keadaan husnul khotimah

2. Dapat bertobat sebelum meninggal

3. Agar selalu dalam keadaan Islam


Disampaikan oleh: Bapak Ustadz Taryat (Waka DKM) | Kultum Ramadhan 1443 H / 2022

DKM Masjid Baitul Muttaqien

Sabtu, 09 April 2022

Mensyukuri Nikmat Iman dan Islam

Kultum 7 Ramadhan 1443 H (9 April 2022) 
Disampaikan oleh : H. Yus Sondakh
Masjid Baitul Muttaqien BKP RW 01 Ds Margatani


Marilah kita syukuri nikmat iman dalam diri kita, karena nikmat iman adalah nikmat yang tiada ternilai harganya. Jika dinilai dengan harta benda didunia tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan nikmat iman, karena nikmat inilah kita bisa mendapat syurga dan keridhoan Allah SWT. Nikmat iman ini, harus dapat kita perrtahankan, meskipun nyawa taruhannya.

Pada hakikatnya hidup kita adalah mengabdi kepada Allah, 𝑖𝑛𝑛𝑎 𝑠ℎ𝑜𝑙𝑎𝑡𝑖 𝑤𝑎𝑛𝑢𝑠𝑢𝑘𝑖 𝑤𝑎 𝑚𝑎ℎ𝑦𝑎𝑦𝑎 𝑤𝑎𝑚𝑎𝑚𝑎𝑡𝑖 𝑙𝑖𝑙𝑙𝑎ℎ𝑖𝑟𝑜𝑏𝑏 𝑙𝑖𝑙𝑙𝑎ℎ𝑖 𝑟𝑜𝑏𝑏𝑖𝑙 𝑎𝑙𝑎𝑚𝑖𝑛… 𝚂𝚎𝚜𝚞𝚗𝚐𝚐𝚞𝚑𝚗𝚢𝚊 𝚜𝚑𝚘𝚕𝚊𝚝𝚔𝚞 𝚊𝚖𝚊𝚕𝚔𝚞, 𝚒𝚋𝚊𝚍𝚊𝚑𝚔𝚞, (𝚙𝚎𝚗𝚐𝚊𝚋𝚍𝚒𝚊𝚗𝚔𝚞 𝚍𝚊𝚗 𝚙𝚎𝚗𝚐𝚘𝚛𝚋𝚊𝚗𝚊𝚗𝚔𝚞), 𝚑𝚒𝚍𝚞𝚙𝚔𝚞 𝚍𝚊𝚗 𝚖𝚊𝚝𝚒𝚔𝚞 𝚑𝚊𝚗𝚢𝚊 𝚞𝚗𝚝𝚞𝚔 𝙰𝚕𝚕𝚊𝚑 𝚂𝚆𝚃. 𝚂𝚎𝚖𝚞𝚊𝚗𝚢𝚊 𝚊𝚍𝚊𝚕𝚊𝚑 𝚙𝚎𝚗𝚐𝚊𝚋𝚍𝚒𝚊𝚗. 

Iyya ka nabudu waiyya kanastain, 𝚑𝚊𝚗𝚢𝚊 𝚔𝚎𝚙𝚊𝚍𝚊𝙼𝚞-𝚕𝚊𝚑 𝚔𝚊𝚖𝚒 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚊𝚋𝚍𝚒 𝚍𝚊𝚗 𝚑𝚊𝚗𝚢𝚊 𝚔𝚎𝚙𝚊𝚍𝚊𝙼𝚞-𝚕𝚊𝚑 𝚔𝚊𝚖𝚒 𝚖𝚎𝚖𝚘𝚑𝚘𝚗 𝚙𝚎𝚛𝚝𝚘𝚕𝚘𝚗𝚐𝚊𝚗. 

Semoga Pada Ramadhan ini kita diberikan keistiqomahan dalam beribadah hingga laallakum Tattaqun, menjadi orang yang bertaqwa. Tattaqun artinya disiplin. Disiplin dalam melaksanakan perintahnya2 Allah dan Disiplin dalam menjauhi laranganNya. 

Menurut Umar bin Khatab, taqwa adalah seperti kita berjalan dalam onak dan duri… banyak tantangan dan ujian atau cobaan, jadi wajar untuk mempertahankian nilai-nilai keislaman itu berat sebagaimana beratnya cobaan yang dialami, para pendahulu Islam, sementara saat ini Iman islam sedang mengalami kemunduran, atau luntur… Islam dipahami hanya sebatas ritual, dan pemahaman ritualnya itupun belum tentu benar SWT, padahal kalau kita tidak benar, kita tidak akan ditolong oleh Allah. 

Islam adalah Rahmat bagi semesta Alam.. ya’lu wala yu’la alaihi, Islam adalah agama selamat dan menyelamatkan diri kita, keluarga, masyarakat, Negara, lingkungan dan semua itu sudah pernah dipraktikkan di zaman para nabi dan sahabat serta kekhalifahan di zaman keemasan Islam. Karena Islam itu menyelamatkan, pada saat kita hidup, maupun sesudah mati, maka mari kita pegang teguh Islam itu. 

اِنَّ الدِّيْنَ عِنْدَ اللّٰهِ الْاِسْلَامُ ۗ 


Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam. (QS: Ali Imran 19)

وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ 


“Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi” (QS: Ali Imran 85) 

Kita harus, bangga dan mempertahankan Islam, Tidak boleh ditukar karena iman itu Islam mahal. Islam menyelamatkan, mencerdaskan, dan mengangkat derajat kita dihadapan Allah dan manusia Ramadhan adalah bulan penggemblengan agar kita kuat menghadapi ujian kehidupan, yang menurut sebagian ulama, di zaman kedepan ini ujian keimanan akan makin berat. 

Ramadhan menggembleng kita agar kuat bertahan, survive di tengah makin beratnya tantangan iman dalam kehidupan. Mudah2an dengan doa-doa kita di malam hari yang senantiasa istiqomah kita lakukan, maka kita akan ditolong Allah dari kehancuran dan perpecahan, di tolong Allah di dunai dan di akhirat.

Kamis, 07 April 2022

Bahaya Perbuatan Zholim


Seorang Muslim diajarkan untuk tidak melakukan perbuatan zalim atau aniaya kepada orang lain dan bagi dirinya sendiri. Allah SWT bahkan menyebut akan memberi azab bagi orang yang zalim. 

Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya surat Al-Furqan ayat ke-19:  

وَمَنْ يَظْلِمْ مِنْكُمْ نُذِقْهُ عَذَابًا كَبِيرًا  

"Barangsiapa di antara kamu yang berbuat zalim, niscaya kami rasakan kepadanya azab yang besar." 

Kendati demikian, seperti apa bentuk kezaliman yang dilarang Allah SWT dan Rasul-Nya? Berikut tiga macam kezaliman yang dilarang Allah SWT:  

1. Kezaliman hamba kepada Rabb-nya

Kezaliman manusia kepada Penciptanya adalah dengan kufur kepada Allah, seperti firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 254: 

وَالْكَافِرُونَ هُمُ الظَّالِمُونَ 

"Dan orang-orang kafir itulah orang-orang zalim."

Ayat lain dalam Alquran juga menyebut kezaliman seorang mahluk juga ditandai dengan berbuat syirik atau menyekutukan Allah dengan zat lain. 

Allah berfirman dalam surat Luqman ayat 13: 

إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ 

"Sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar." 

2. Kezaliman kepada sesama manusia

Menzalimi atau berbuat aniaya kepada sesama manusia juga merupakan perbuatan yang dibenci Allah SWT. Perbuatan seperti menyinggung kehormatan orang lain, menyakiti tubuh atau hati orang lain hingga mengambil harta orang tanpa alasan yang benar adalah perilaku yang dimurkai Allah. 

Allah menyebut akan mengambil amalan orang yang berbuat zalim dan diberikan kepada orang yang dizalimi. Bahkan akan menimpakan dosa orang yang dizalimi kepada orang yang menzalimi. Dalam hadits riwayat Bukhari, Rasulullah SAW bersabda:
عن أَبي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه، عن النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: مَنْ كَانتْ عِنْدَه مَظْلمَةٌ لأَخِيهِ مِنْ عِرْضِهِ أَوْ مِنْ شَيْءٍ فَلْيتَحَلَّلْه ِمِنْه الْيَوْمَ قَبْلَ أَلَّا يكُونَ دِينَارٌ وَلَا دِرْهَمٌ، إنْ كَانَ لَهُ عَمَلٌ صَالِحٌ أُخِذَ مِنْهُ بِقَدْرِ مَظْلَمتِهِ، وإنْ لَمْ يَكُنْ لَهُ حسَنَاتٌ أُخِذَ مِنْ سيِّئَاتِ صاحِبِهِ، فَحُمِلَ عَلَيْهِ 

"Barangsiapa yang berbuat zalim kepada saudaranya, baik terhadap kehormatannya maupun sesuatu yang lainnya, maka hendaklah ia meminta kehalalannya darinya hari ini juga sebelum dinar dan dirham tidak lagi ada. Jika ia punya amal salih, maka amalannya itu akan diambil sesuai dengan kadar kezaliman yang dilakukannya. Dan jika ia tidak punya kebaikan, maka keburukan orang yang ia zalimi itu dibebankan kepadanya." (HR Bukhari)

3. Zalim terhadap diri sendiri

Kezaliman seorang hamba adalah dengan mengotori dirinya dengan berbagai bentuk dosa, pelanggaran dan keburukan berupa kemaksiatan kepada Allah dan Rasul-Nya. 

Allah berfirman dalam Alquran surat al-Baqarah ayat 57 yang artinya: 

وَمَا ظَلَمُونَا وَلَٰكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ  

"Dan tidaklah mereka menganiaya Kami, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri." Tiga perbuatan zalim ini hendaknya dijauhi setiap Muslim agar terhindar dari murka Allah SWT.   


Disampaikan oleh: Bapak Teddy Haryanto (Ketua RT. 03) | Kultum Ramadhan 1443 H / 2022

DKM Masjid Baitul Muttaqien